Membuat perubahan besar, tidak mesti harus menunggu waktu lama, selama ada niat dan keinginan untuk berubah, itu bisa dilakukan sesaat. Sama halnya dengan Ponpes Darurosyidiin NW Praya, berdiri Tahun 2018, namun sudah mampu menyedot santri sampai ke luar daerah.
Lalu seperti apa sih metode pengembangan dan pembinaan di lakukan pihak Ponpes
Berikut Paparan ntbupdate.com
SAPARUDDIN
LOMBOK TENGAH
PONPES atau nama lengkapnya Pondok Pesantren Darurosyidiin NW Kelurahan Panji Sari Kecamatan Praya Lombok Tengah, Ponpes ini didirikan oleh Ustaz Abdurrosyid QH, S. PdI tahun 2018 silam.
Setelah melintasi berbagai macam cobaan dan hambatan, akhirnya perjuangannya mendirikan Ponpes ini, telah menuai hasil dengan telah berdirinya lembaga pendidikan cukup megah, kendati di beberapa sudut masih dalam proses perbaikan.
Ponpes ini telah membuka jenjang pendidikan SMP Tahfiz dan SMA Tahfiz, masing-masing jenjang pendidikan santrinya cukup banyak, layaknya ponpes yang lain. Namun pemandangan di ponpes ini terasa beda dengan ponpes yang lain, jika dibandingkan dengan usia berdiri hanya 5 tahun jalan.
Di mana santrinya, malah banyak dari luar daerah, seperti dari Kabupaten Dompu, dengan jumlah 27 orang, masing-masing 15 Santriwati dan 12 Santriwan. Ada juga dari Kabupaten Sumbawa Barat, tepatnya di Dusun Kangkung Kecamatan Sekongkang Sumbawa Barat. Lombok Timur Kecamatan Sukamulia Lombok Timur.
Selanjutnya dari Provinsi NTT tepatnya di Lewa Kecamatan Lewa paku Kabupaten Sumba Timur dan sejumlah provinsi lainnya.
Banyaknya santri dari luar Kabupaten dan Provinsi, padahal ponpes ini baru berdiri 5 tahun, namun telah mampu menyedot minat pencari ilmu sampai ke luar daerah.
Dan ini tentunya, ini menjadikan ponpes Darurosyidiin NW Praya, memiliki perbedaan lain dari ponpes yang lain.
“Alhamdulillah perjuangan yang selama ini telah kami lakukan bersama para pendiri lainnya telah menikmati hasil, sebab bukan hanya di dalam Daerah saja para santri yang datang belajar, malah dari luar daerah dan bahkan dari luar Provinsi, pun datang belajar,” papar Ustaz Abdurasyid, pendiri Ponpes ini, Senin (13/2).
Diceritakan, banyaknya santri yang datang belajar dari luar Provinsi, semasih jadi mahasiswa dulu, pihaknya sering mengikuti program Safari yang diadakan kampus Ma’had DQH NW. Kendati sudah puluhan tahun, silaturahmi dengan masyarakat tempat pernah Safari, sampai sekarang masih terbina, apalagi sekarang semakin akrab dengan adanya santri di tempat pernah berdakwah dulu.
“Kalau tak salah sebelum tahun 2000, saya sering ikuti dakwah kampus sampai ke luar daerah, dan alhamdulilah sampai sekarang silaturahmi tetap terjalin, apalagi sekarang santri dari sana ada yang dibina,” ungkapnya.
Kian bertambahnya santri, sering kali pihaknya berfikir, bagaimana caranya agar gedung bisa bertambah, sebab Gedung yang ada, mulai dari pondok hingga tempat belajar, tidak mampu menampung mereka. Apalagi di ponpes memberlakukan sistem, semua santri di karantina.
“Terkadang kita minta rumah penduduk sebagai tempat mondok, tapi tetap di bawah pengawasan sebab kami tidak menerima santri yang pulang pergi, kendati santri dekat dengan ponpes, mereka tetap harus dikarantina,” ujarnya.
Kenapa demikian lanjutnya, sebab banyak program yang harus di ikuti santri di luar jam formal. Misalnya untuk malam Ahad dengan program, Muhadaroh pidato empat Bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan Sasak.
“Untuk Muhadaroh dilakukan selesai Solat Maghrib sampai waktu Isya’, setelah solat berjamaah Isya’, dilanjutkan dengan bacaan Al Barzanji dan pembacaan aurah Al Kahfi,” terangnya.
Sedangkan malam Senin di isi dengan bacaan hiziban NW, sedangkan untuk malam Jum’at setelah solat Isya’ berjamaah dilanjutkan dengan tahfiz. Malam Sabtu pelajaran Tajwid dan Tahsin.
Sedangkan malam Rabu dengan pelajaran Kitab ta’lim dilanjutkan lagi dengan program Tahfiz setelah solat lsya’ berjamaah.
Kemudian malam Kamis pelajaran Nahu dan Syaref, dilanjutkan lagi dengan Tahfiz Al Qur’an, setelah solat lsya’.
“Untuk Program Tahfiz, bisa dikatakan setiap malam, dan itu khusus setelah solat Isya’,” terangnya.
Selain itu lanjut Qori’ ini, malam Selasa pelajaran Fikih. “Untuk program Tilawah dan Tahsin, mirip sama pelaksanaannya dengan Tahfiz, kalau Tahfiz setiap malam usai solat Isya’, sedangkan tilawah dan Tahsin setiap hari usai solat Zuhur,” terangnya lagi.
Tidak sampai di situ lanjut Ustaz ini,
Santri juga diajarkan membiasakan diri solat Tahajjud dan dilanjutkan dengan Solat Subuh. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca tiga sudah, yakni surah Yasin, Waqi’ah dan Al Mulk, dan di tutup dengan menghafal hadis arbaiin.
“Menghafal Hadis Arbaiin di tutup dengan Solat Dhuha lalu baru santri sarapan bersama,” bebernya. “Khusus hari Ahad, olah raga pembersihan dan yang lainnya,”nya. tutupnya (**)