Fenomena Apa Dengan 22 Oktober Dan Huruf S Pada Kata Santri

Oleh H.Lalu Mu’az.QH.,S.Ag.M.Sos. Penyuluh Agama Ahli Madya TK I. Kemenag Loteng

Qadarullah Maka Renungan kita kali ini bertema “BAGAIMANA SANTRI MENGAWAL INDONESIA MENUJU PERADABAN DUNIA”, mengajak umat Islam merenungkan kembali sejarah peran santri dalam menjaga keutuhan bangsa, dan menegakkan nilai-nilai agama. santri diharapkan terus menjadi garda terdepan dalam menuju peradaban dunia yang berkeadaban dan berkeimanan. Oleh Karenanya penghargaan dan rasa syukur yang mendalam, mengapresiasi peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Ada penomena penting terkait dengan tanggal 22 oktober yang kita yakini sebagai tanggal Karomah dan sebagai Aayaatun min Aayaatillah 3 hal diantaranya adalah :

1. Resolusi Jihad yang digagas pada tanggal 22 – oktober – 1945 oleh KH. Hasyim As’ari seorang Ulama Besar Pendiri NU sebagai tonggak perjuangan bangsa.

2. Terjadi Peristiwa tak terencana Wafat dan Pemakamannya Al-Maghfurulah Bapak Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid Pendiri NW dan Pahlawan Nasional Kusuma Bangsa putra NTB.
Qadarullah Tak tersadari pula ternyata tepatnya hari Rabu tanggal 22 oktober 1997. Sehingga qadarullah sangat tepat untuk semakin mudah diingat hauliyah wafat dan Manakib beliau.

3. Ditaqdirkanpula oleh Allah SWT yang namanya Hari Santri Nasional yang digagas oleh: KH.Thoriq Bin Ziad, Pengasuh Ponpes Babussalam Banjarejo Kabupaten Malang, Beliau Mengusulkan peringatan hari santri Nasional pada setiap tanggal 22 Oktober yang kemudian ditetapkan oleh presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015.

PARA PEMBACA YANG DIRAHMATI ALLAH

Maka Makna dari santri secara umum adalah Kepribadian seseorang yang beribadah dengan baik. Oleh karena itu, tanggung jawab santri sangat besar, yaitu mengganti dan meneruskan peran kiai dalam membimbing umat dan menjaga keutuhan bangsa apabila para kiai telah wafat.

Dalam kitab Alfiyah karya Ibnu Malik, terdapat ba’it yang menggambarkan makna kesiapan ini:
وَمَا يَلِـــىْ الْـمُضَافَ يَــأْتِى خَلَفَا – عَنْهُ فِى اْلإِعْرَابِ إِذَا مَا حُذِفَا
Sebagai Mudlafun Ilaih, santri harus siap menggantikan posisi Mudlaf, yaitu menggantikan kiai/Tuan Gurunya apabila telah tiada.

Dahulu, para kiai berjuang dengan mengangkat senjata melawan penjajah melalui Resolusi Jihad, kini santri berjuang dengan mengangkat pena dan memanfaatkan seluruh fasilitas penyebaran ilmu, untuk melawan kebodohan dan kemunduran agama serta bangsa.
Sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munirnya, beliau mengatakan:
يَجِبُ أَنْ يَكُوْنَ المَقْصُوْدُ مِنْ التَّفَقُّهِ وَالتَّعَلُّمِ دَعْوَةَ الخَلْقِ إِلَى الحَقِّ، وَإِرْشَادَهُمْ إِلَى الدِّيْنِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ
Artinya: “Maksud dari memahami dan mempelajari ilmu agama harusnya adalah mengajak masyarakat kepada kebenaran dan membimbing mereka kepada agama yang lurus dan ajaran yang benar.”

PARA PEMBACA YANG BUDIMAN

Peringatan hari santri nasional ini bukan hanya seremoni semata, tetapi ajakan nyata untuk melanjutkan perjuangan demi menegakkan agama dan bangsa semesta. Oleh sebab itu, Setidaknya lima sifat mulia bagi santri dan siapa saja yang mengharapkan kebaikan serta keberkahan Ilmu.
Yang Pertama, Husnuzzon. Fositif Teangking kepada guru, adalah fondasi penting dalam menuntut ilmu. Dengan meneladani akhlak mulianya, karena kita tidak hanya mendapatkan ilmu secara formal, tapi juga membentuk pribadi yang beradab dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Kedua, Sami’na Waatho’na, Mendengar dan Setia mentaati instruksi guru, bukan sekadar kewajiban formal semata, tetapi harus datang dari keikhlasan serta Ketulusan yang menjadikan setiap perbuatan kita bernilai ibadah dan membawa keberbarakahan. tidak hanya bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain.
Ketiga, Tarkul makshiah. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, Santri sejati harus senantiasa menjaga kebersihan hati dan jiwa dengan menaati ajaran Islam secara kaaffah adalah bagian dari menjaga diri agar selalu diridhai Allah SWT.

Keempat, Tawadhu’ Sikap rendah hati dan kesanggupan membuka hati untuk menerima koreksi, agar kita terus belajar dan memperbaiki diri.
Yang Kelima, Ta’zhimul Ustadzi, Menghormati guru serta selalu mendoakannya, merupakan bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan dalam mendidik dan membimbing rooh kita, sehingga dapat mencicipi keberkahan ilmu yang kita peroleh.
……….Ma’haduna Lam Yadzal ….{Pondok Pesantren Kami} Takkan Pernah Hilang Rasa ilmu dan Dampaknya dihati kami. Karena Para Masyaikhnya {Guru-Gurunya}Tulus Ikhlash dan berilmu serta dapat dipercaya).

PARA PEMBACA YANG BAHAGIA, !!! Kelima sifat mulia ini, bukanlah sekadar cerminan akhlak seorang santri, melainkan jalan menuju Insan yang berilmu dan berakhlak luhur, serta meraih keberkahan hidup dunia dan akhirat kelak..aaamiin. YRA.
Selanjutnya Untuk mewujudkan hal ini, para santri harus memaknai eksistensinya dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Setidaknya, huruf-huruf yang ada dalam kata Santri itu sendiri bisa menjadi inspirasi. Huruf S,A,N,T,R, dan I bisa kita maknai dan menjadi motivasi bagi santri.

Huruf pertama adalah S yang bisa kita maknai sebagai Sukses. Santri harus menjadi sosok yang sukses dalam berbagai aspek kehidupan. Sukses di sini tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari kemampuan santri dalam berkontribusi positif di masyarakat. Pesantren telah melatih santri untuk menjadi pribadi ulet, tangguh, serta memiliki kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual. Dengan kecerdasan yang utuh ini, santri mampu membangun lingkungan sosial yang baik dan memberikan manfaat di berbagai sektor kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, agama, dan kemasyarakatan serta sektor-sektor lainnya.

Selanjutnya huruf kedua adalah A yang bisa dimaknai Aktif. Santri harus aktif memberi manfaat di berbagai sektor kehidupan. Santri berperan sebagai agen perubahan, baik dalam pendidikan, sosial, ekonomi, hingga politik. Santri diharapkan tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan kemaslahatan di masyarakat. Santri harus aktif dengan menjadi bagian penting dalam berbagai bidang kehidupan dan mampu mewarnainya dengan menjadi penentu kebijakan.
Huruf ketiga adalah N yang bisa kita maknai sebagai Nasionalis. Santri harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Santri mencintai dan membela tanah air dengan segenap jiwa raga. Santri adalah penegak 4 Pilar Negara (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Santri harus terus mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan kerukunan dalam keberagaman.

Selanjutnya adalah huruf T yang bisa dimaknai sebagai Toleran. Santri selalu mengedepankan sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi adalah menghargai perbedaan, baik perbedaan agama, keyakinan, budaya, maupun pendapat. Santri menghormati kebebasan beragama dan memberikan ruang bagi semua orang untuk menjalankan keyakinannya dengan damai. Dengan sikap ini, santri mampu menciptakan lingkungan yang harmonis di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.
Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Selanjutnya huruf yang kelima adalah R yang bermakna Religius. Santri adalah sosok yang religius dan melandaskan setiap tindakan pada ajaran agama Islam. Santri menjadikan agama sebagai pedoman hidup, dengan ibadah sebagai prioritas utama. Nilai-nilai yang dipelajari di pesantren, seperti kesederhanaan, kejujuran, dan keteguhan dalam beribadah, dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Santri juga memegang prinsip moderasi, tidak ekstrem dalam beragama, dan menghindari tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Dan yang terakhir adalah huruf I yang bermakna Inspiratif. Santri harus menjadi sosok inspiratif bagi masyarakat sekitarnya yang mampu menebarkan kebaikan, memberi teladan, dan menjadi contoh yang baik dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan akhlak dan ilmu yang dimiliki, santri bisa menginspirasi orang lain untuk turut serta dalam melakukan kebaikan. Santri yang inspiratif juga mampu menebarkan aura positif yang mendukung terselenggaranya kebaikan.

PARA PEMBACA YANG SETIA
Dengan memaknai setiap huruf dalam kata Santri dan mengingat kembali sejarah penetapan Hari Santri ini, maka mari kita semua berupaya untuk menjadi pribadi sukses, aktif, nasionalis, toleran, religius, dan inspiratif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Semoga kita bisa mewujudkannya. Selamat Hari Santri. WALLAHU A’LAM. WASSALAM WR WB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *