Cerita Amran Pemilik Artshop Yulia Pottery Creative Yang Sukses Dari Desa Penujak (1).

Bermodal Usaha Rp 40 Ribu, Kini Untung Perbulannya Rp 40 Juta

Tak ada usaha yang mengkhianati hasil, bergelut di bisnis gerabah sejak tahun 2008, dengan modal Rp 40 ribu, kini Artshop Yulia Pottery Creative Lombok Hendicrave beralamatkan Dusun Tenandon Desa Penujak, sukses meraup untung Rp 40 Juta per bulan.
Lalu seperti apa sih perjuangan Arman dan Mislah menggeluti bisnis ini hingga mampu menyalip gajinya ASN

Berikut paparan ntbupdate.com

SAPARUDDIN
LOMBOK TENGAH

ISTIQOMAH, inilah bahasa pertama kali keluar dari curhat Arman beserta Mislah istri tercintanya, yang kini sukses meraup untung puluhan juta dari hasil gerabah yang digelutinya sejak tahun 2008 silam.

Dengan bermodalkan Rp 40 ribu, kini Arman kelahiran Dusun Tenandon Desa Penujak Kecamatan Praya Barat Lombok Tengah 12-12- 1970, telah sukses membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan setiap bulan bisa untung Rp 40 juta.

Suksesnya menggeluti bisnis gerabah, tentunya semua pahit manis, sudah di rasakan.

Kepada ntbupdate.com, bapak dua anak ini menuturkan, sebagai orang islam yang yakin dengan ajaran agama islam, bahwa Allah akan memberikan ganjaran kepada hambanya, sesuai dengan kelelahan dan keistiqomahan nya dalam melakukan sesuatu.

Sehingga, pada awal mulanya menekuni bisnis gerabah, pahitnya banyak ia rasakan, namun pihaknya bersama istrinya tidak pantang menyerah. Setelah lama menggeluti usaha ini, lambat laun pihaknya mulai menikmatinya.

Hal tersebut menambah semangat mengembangkan bisnis gerabah. “Bisnis ini kalau di bilang turun temurun bisa saja disebut demikian, sebab orang tuanya juga tahun 1990 sudah mulai membuka bisnis ini. Belajar dari orang tuanya, tahun 2008 ia coba dan alhamdulilah sekarang sudah bisa menikmati hasilnya, dalam sebulan bisa meraup keuntungan sampai Rp 40 juta,” Paparnya panjang, Selasa (02/01).

Mendapatkan untung satu bulan sampai tembus Rp 40 Juta, itu ia lakukan dengan berbagai macam cara, ada yang dihasilkan dari karyanya sendiri membuat gerabah, ada juga itu dia beli di sejumlah pengerajin. Setelah itu, pihaknya kumpulkan dan dia jual ke para pengepul yang ada di Bayumulek Lombok Barat dan di Masbagik Lombok Timur.

Di lokasi penjualan baik di Masbagek ataupun Bayumulek, ternyata alhamdulilah karya gerabah nya paling banyak diminati, baik oleh para bule ataupun pembeli lokal. Sehingga mereka minta alamatnya dan alhamdulilah mereka lebih banyak langsung datang ke rumahnya.

“Kami tidak tau apa yang bikin mereka tertarik dengan gerabah kami, sehingga mereka banyak yang datang langsung ke rumah, tidak sedikit mereka pesan sesuai dengan keinginan mereka dan itu saya buatkan sesuai selera,” paparnya.

Dikatakan, ada perbedaan yang menonjol antara orang lokal dengan orang bule ketika datang, jika orang bule datang pasti dia minta air minum yang dituangkan ke dalam cereret atau kendi yang terbuat dari tanah. Katanya sih, biar air yang diminum sudah netralkan. “Saya kan ndak terlalu paham ilmu Kesehatan, tapi kalau kita ambil kodrat kita dari tanah, benar juga apa yang dikatakan orang bule, kalau manfaat tanah itu bisa menetralkan kadar air,” ungkapnya.

Selanjutnya dampak covid-19, Pengerajin Penujak yang dulunya sampai 3 ribuan, sekarang yang aktif tinggal 150. Di tengah redupnya para pengerajin, mestinya pemerintah hadir memberikan solusi, biar keberadaan para pengerajin kembali bangkit dan yang masih bertahan, semakin merasa di perhatikan. Mengingat dampak dari pengerajin gerabah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *