LOMBOK TENGAH (ntbupdate.com)- Pelayanan kurang maksimal, khususnya di IGD RSUD Praya Lombok Tengah (Loteng), dalam beberapa minggu terakhir ini, kerap kali membuat para pasien berteriak histeris.
Di sejumlah media masa, keluarga pasien curahkan perasaan kekecewaannya, namun entah kenapa hal tersebut tidak membuat management RSUD Praya bergeming atau tidak menjadikannya pelajaran.
“RSUD Praya ini masih tipe C dan kami di Dinas Kesehatan Loteng selaku Pengguna Anggara (PA), memiliki tanggungjawab atas persoalan ini, dan kami akan mendorong pihak Direktur RSUD Praya, untuk segera melakukan perombakan besar besaran, terutama petugas di IGD,” kata Kepala Dinas Kesehatan Loteng Dr. Suardi, Rabu (26/4).
Kenapa itu penting, di samping mengurai persoalan yang kerap kali di soal para pasien, perombakan itu juga bagian dari penyegaran, sehingga para tim medis tidak jenuh bekerja di satu tempat.
“Banyak efek positif yang dilahirkan dalam perombakan ini, pertama kita bisa urai apa persoalan yang sebenarnya terjadi dan ini juga bagian dari penyegaran,” terangnya. “Atas hal itu, kami dorong pihak RSUD segera berbenah,” sambungnya.
Selain melakukan rotasi, pihak RSUD Praya juga harus melakukan pembenahan, mulai dari pembenahan sistem harus di perbaiki, sarana prasarana harus di maksimalkan termasuk beberapa aspek lainnya juga harus dibenahi.
Dikatakan, bicara pembenahan sebenarnya pihaknya bersama direktur RSUD Praya, sering berkomunikasi dan membahas persoalan yang terjadi di RSUD Praya Loteng.
Dan pihak RSUD Praya sudah melakukan itu dan sampai saat ini, pihak RSUD Praya masih terus mengumpulkan data, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan management.
“Mengubah sesuatu yang besar dan menghasilkan sesuatu yang tepat, kita butuh waktu dan saya yakin pihak RSUD Praya sudah melakukan itu, dan insyaallah satu persatu akan clear,” ungkapnya.
Ditambahkan, selanjutnya masalah persoalan pasien yang diduga ditolak pihak RSUD Praya, yang santer diperbincangkan, baginya itu suatu hal yang sepele dan remeh temeh.
Artinya ketika kondisinya sangat mendesak, sebenarnya bisa di komunikasikan dengan baik baik. Misalnya ketika di RSUD Praya sudah full, petugas piket bisa membantu pasien dengan cara, pertama jika mau di arahkan ke Rumah sakit Bodak, RSCM atau puskesmas terdekat, petugas piket bisa menghubungi pihak rumah sakit tersebut, tidak hanya sebatas memerintah.
“Jika mau diarahkan ke rumah sakit lain, kan bisa petugas membantu hubungi rumah sakit yang akan dijadikan tempat penanganan, maksud saya tidak hanya di perintah tapi bantu mereka, sebab mereka belum tentu kenal dengan petugas tempat diarahkan tersebut,” ujarnya panjang.
Selain itu, jika keadaannya sangat mendesak dan full, tidak apa apa ditangani terlebih dahulu di atas motor, selama pasien tersebut tidak keberatan.
“Komunikasi paling penting, kondisi pasien harus diselamatkan dan tidak boleh petugas itu menolak pasien,” tegasnya.
Atas kejadian ini lanjutnya, pihaknya akan mengajak direktur RSUD Praya, untuk melakukan pembinaan, sambil mengingatkan kembali tugas dan fungsi tenaga kesehatan.
“Mungkin teman teman lupa pasal 85 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, nanti saya akan minta direktur lakukan bimtek ke seluruh nakes di RSUD Praya,” katanya sambil mengingatkan.
Selain itu, pihaknya juga ucapkan banyak terimakasih kepada masyarakat atas keterbukaannya, memberikan informasi. Dan terimakasih pula pihaknya sampaikan kepada para praktisi dan lembaga, yang telah ikut serta mengawasi pelayanan di rumah sakit yang kita miliki ini. (nu-01)