Kloter SASAMBO Tetap Kompak, Termasuk Kondisi Kesehatan HM. Saleh Baik

MEKKAH (ntbupdate.com)- Beredar isu dari keluarga Jama’ah Haji atas nama HM. Saleh Yunus asal Kota Bima NTB, yang tergabung dalam Kloter LOP-13 atau kloter Sasambo atau Sapujagat, hilang kontak, akhirnya di jawab ketua Kloter.

Dalam keterangan tertulisnya Ketua kloter 13 HM. Syukri mengatakan kondisi HM Saleh Yunus asal Kota Bima, kondisinya baik dan Intens berkomunikasi dengan tim dokter.

“Sebelumnya HM. Saleh Yunus Jama’ah haji asal Kota Bima, dikabarkan hilang kontak dari keluarganya, namun itu semua tidak benar dan sampai saat ini kondisi HM. Saleh semakin membaik. Mungkin keluarganya di Kota Bima, setiap kali menghubungi HM. Saleh Yunus, beliaunya sedang sibuk atau sedang melaksanakan ibadah, jadi tidak mungkin selalu bawa Handphone,” katanya dalam rilis yang dikirim ke Redaksi, Senin (10/7).

Malah lanjut Putra dari Pelambik ini, HM. Saleh Yunus tiap hari berkomunikasi dengan dokter pendamping kloter, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).

“Kabar hilang kontak HM. Saleh Yunus dari keluarganya di Kota Bima tidak benar, malah dr Haris selaku tim medis sering berkomunikasi dengan keluarga Jama’ah kita ini dan saya punya riwayat chat WhatsApp, selain itu saya juga ditunjukkan riwayat chat WA-nya dengan pihak tim visitasi di Rumah Sakit tempat HM. Saleh dirawat. Kondisi ini menunjukkan bahwa koordinasi dan komunikasi antara pihak Rumah Sakit (tempat H.M. Saleh dirawat) dengan pihak keluarga di tanah air berjalan dengan baik. Jadi kalau di katakan, sudah lebih seminggu hilang kontak, saya jadi bingung dan balik nanya, yang menghubungi dan berkomunikasi dengan Tim dokter kami yang kemarin-kemarin sampai sekarang, itu siapa,,, ?. tanya-nya heran. Senin (10/7).

Selain itu lanjut Syukri, ia berbagi tugas dengan Tim pendamping kloter lainnya, termasuk dalam hal menyampaikan informasi kepada pihak keluarga jama’ah maupun kepada pihak lainnya. Hal ini dimaksudkan guna optimalisasi tugas dan tanggung jawab personil pendamping kloter sekaligus menjaga akurasi informasi sesuai dengan bidang tugas dan fungsi (Tusi) masing-masing personil.

“Kami tim pendamping Keloter ada 5 orang, Pembimbing Ibadah (TPIHI) 1 orang (Drs. H. Maslun), Tim Medis (TKHI) 2 orang (dr. Baiq Ariani dan dr. Nazmi Haris Munandar), Tim Pemantau Haji Daerah (TPHD) 1 orang (Delian Lubis) dan Ketua Keloter 1 orang, saya sendiri, dan kami tetap kompak bersama semua Jama’ah,” ujarnya. “Dalam keseharian kami berbagi peran dan tanggung jawab sesuai dengan tusi masing-masing, karena kami adalah team work yang punya tugas dan tanggung jawab yang sama, termasuk dalam memberikan arahan atau informasi kepada internal Jama’ah, keluarga Jama’ah maupun pihak luar yang membutuhkan. Seperti dalam hal pelaksanaan rangkaian ibadah haji, maka yang bertugas memberikan arahan, bimbingan dan pendampingan adalah Pembimbing Ibadah yakni bapak Drs. H. Maslun, demikian pula dalam hal kesehatan, maka ibu dr. Ariani dan pak dr. Haris, yang terus memantau dan memastikan bahwa jemaah tetap sehat dan bila ada yang sakit harus segera dirawat dan di tangani,” Sambungnya panjang.

Atas hal itu, pihaknya selaku ketua Kloter terakhir ini, sangat bersyukur mendapatkan teman kerja yang baik, tim kerja-nya cukup solid, jamaahnya ramah meski mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya, apalagi asal jama’ahnya dari semua daerah Kabupaten kota, tentu memiliki bahasa dan budaya yang tidak sama.

Namun baginya kondisi tersebut tidak menjadi kendala dalam membangun Silaturahmi di tanah suci, justru ia makin senang dan bersemangat karena memiliki relasi dan sahabat baru.

“Kloter 13 merupakan Kloter campuran dari semua kabupaten kota se-NTB, sehingga kloter ini kami namakan kloter SASAMBO (Sasak, Samawa, Mbojo) karena terdiri dari Jama’ah yang berasal dari tiga suku di yakni Sasak (Mataram, Lobar, KLU, Loteng dan Lotim), Samawa (Sumbawa dan KSB) dan Mbojo (Kab. Bima, Kota Bima dan Dompu),” terangnya.

Sementara itu, Tim Pendamping Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Keloter 13 (LOP-13), dr. Nazmi Haris Munandar menegaskan, bahwa hampir setiap hari ia bertukar informasi dengan keluarga pak HM. Saleh, terkait perkembangan informasi kesehatan yang bersangkutan. “Saya intens berkomunikasi dengan pihak keluarga HM. Saleh yang ada di daerah, hampir tiap hari saling chat (WhatsApp) dengan anaknya yang bernama H. Fadhil melalui nomor WA 08529088858, bahkan barusan ini, sekitar pukul 16.00 WAS (09/7/23) saya chat sama dia (red:H. Fadhil) menanyakan perkembangan kesehatan orang tuanya, saya langsung jawab, kalau untuk hari ini belum ada informasi dari dokter visitasi yang di rumah sakit (tempat H.M. Saleh dirawat), Ini saya kasi screenshot chat saya dengan pak Fadhil, dari kemarin-kemarin hingga saat ini,” katanya.

Haris juga menjelaskan, ia bersama tim-nya berusaha memberikan layanan kesehatan yang maksimal kepada semua Jama’ah, terutama kepada para lansia dan Jama’ah yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Ia bersama dr. Ariani secara intensif melakukan visitasi terhadap kesehatan jema’ah haji di kloter 13 (LOP-13).

“Kami melakukan visitasi secara rutin kepada semua Jama’ah, setiap lantai di kamar hotel masing-masing kami jadwal-kan untuk berkumpul guna pemeriksaan kesehatan, rombongan LOP-13 nginap di 2 hotel (lokasi berbeda) yakni hotel Qiswah dan Hotel Taesyer, ya kami mondar mandir melakukan visitasi kesehatan jamaah,” ujarnya. “Selisih 5 jam waktu di Arab Saudi dengan di Indonesia, mungkin waktu keluarga Jama’ah menelpon kami, di Indonesia sudah siang sementara di Arab Saudi masih tengah malam, dini hari, sehingga kami tidak bisa langsung menjawab-nya secara langsung, karena kami masih tidur, mungkin kondisi itu yang dimaksud, kalau kami lamban memberikan informasi atau menjawab pesan chat”, imbuhnya.

Demikian pula dengan dr. Ariani yang seakan tidak kenal lelah menyapih Jama’ah lansia, ada 2 jemaah lansia yang menderita demensia dan penyakit berat, hampir setiap mereka makan selalu disuapi oleh ibu dokter cantik ini, selesai disuapi ia langsung diberikan minum obat.

Bahkan hampir tiga pekan ibu dokter dan pak dokter hebat ini tidak pernah mengeluh, seakan tak kenal lelah.
“Kami niat kan semuanya untuk ibadah,” cetusnya.

Sementara itu, Drs. H. Maslun, selaku pembimbing ibadah di LOP-13, mengaku bangga dan senang mendapat tugas sebagai pembimbing ibadah, karena baginya, di samping ia dapat beribadah untuk dirinya sendiri, ia juga dapat membimbing orang lain yang tentunya akan bernilai pahala. Selian itu, pengalamannya membimbing Jama’ah, terutama para lansia, meski agak susah dan berat tapi ia tetap sabar membimbing mereka. “Tugas ini mulia meski berat, tapi bagi kami tidak ada yang berat sepanjang kita niatkan untuk ibadah dan dilandasi dengan nawaitu yang tulus. Kami memiliki tugas untuk memastikan bahwa semua Jama’ah haji di Kloter kami, dapat menunaikan dan melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan sempurna, oleh karenanya kami chek satu persatu Jama’ah haji, saya bersama KARU-KAROM-nya menggedor pintu kamar mereka sembari bertanya, apakah ada rangkaian ibadah haji/Umrah yang belum dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan. Dan bila ada jamaah yang memerlukan pendampingan petugas dengan menggunakan kursi roda untuk tawaf atau sa’i misalnya, maka kami carikan petugas atau teman yang bisa mendampingi dan mendorong kursi roda, demikian pula halnya jika ada jema’ah yang tidak dapat melakukan ibadah tawaf/sa’i karena alasan kesehatan yang tidak memungkinkan ia hadir secara fisik di Masjidil harom, maka kami harus pastikan untuk bisa di badal-kan”, paparnya panjang.

Demikian pula hal-nya dengan HM. Saleh, yang saat ini sedang di rawat Rumah Sakit, rangkaian ibadah haji yang sudah dilaksanakan secara mandiri hingga masuk rumah sakit adalah sampai mabit di Mina (Armuzna), adapun sisa rangkaian ibadah haji yang belum di selesaikan yakni Tawaf Ifadah dan Sa’i, Insyaallah akan di selasaikan/dilanjutkan oleh pembimbing ibadah (Drs. H. Malun) dengan cara di badal-kan (diwakili/diganti) setelah terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak dokter yang menanganinya.

“Kami akan selesaikan sisa rangkaian ibadah yang belum diselesaikan oleh beliau, karena beliau orang tua kita dan kita punya kewajiban untuk saling membantu, lebih-lebih kami sebagai pembimbing ibadah, tentu memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,”tukasnya. (rilis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *