Yayasan Ponpes Al Khaeriyah salah satu Ponpes di Desa Selebung Rembiga Kecamatan Janapria Lombok Tengah, Lahirnya Ponpes ini bermula dari pendidikan non formal, seiring dalam perjalanan, jumlah santri semakin membeludak dan masyarakat mendorong untuk dibuatkan pendidikan formal. Karena tuntunan, akhirnya pendidikan formal pun di resmikan dan sekarang Ponpes ini jadi magnet baru bagi masyarakat setempat.
Seperti apa sih yayasan Ponpes ini
Berikut paparan ntbupdate.com
SAPARUDDIN
LOMBOK TENGAH
PONPES atau lengkapnya disebut Pondok Pesantren salah satu wadah tempat para penuntut ilmu, baik berupa pendidikan umum ataupun agama, dan bahkan Ponpes identik dengan tempat majlis taklim, tempat berkumpulnya masyarakat atau jamaah dalam mendengarkan fatwa ataupun tausiyah dari para tuan guru atau Kiyai, dalam menimba ilmu ilmu agama.
Yayasan Ponpes Al Khaeriyah Embung Borok Dusun Menges Desa Selubung Rembiga Kecamatan Janapria Lombok Tengah misalnya, di mana Ponpes ini dulunya sebuah wadah kecil tempat mengaji atau sejenis Diniyah. Diniyah yang diberi nama Al Khaeriyah ini berdiri tahun 1993, di mana santri saat itu sampai 300 orang lebih. Seiring perkembangan zaman dan semakin bertambahnya jumlah santri, tepat 11 tahun Diniyah ini eksis menjalankan visi dan misi mencetak santri yang bisa baca tulis agama, akhirnya tahun 2003, wali santri mendorong pembina Diniyah, untuk membuka pendidikan formal, karena ini permintaan orang banyak, akhirnya di tahun yang sama dibukalah pendidikan formal setara MTs/SMP.
“Saya selaku pembina Diniyah Al Khaeriyah hanya mengiyakan saja apa yang jadi keinginan wali santri, dan di sisi lain waktu itu madrasah formal setingkat MTs/SMP, tidak ada di sekitar Kekadusan Menges, artinya jarak tempuh waktu itu cukup jauh, sehingga pihaknya menerima permintaan para wali santri dan di bentuklah pendidikan formal MTs,” tutur pembina Yayasan Ponpes Al Khaeriyah Ustaz Adum, Rabu (13/9).
Di mana saat itu jumlah santri sampai ratusan orang, dalam perjalanannya mengelola pendidikan formal MTs, di tahun 2006, pihaknya mengelola pendidikan RA dan tahun 2008 mendirikan pendidikan setara MA. “Kenapa saya tidak bangun MI/SD, sebab di kampung kami sudah ada SD, sehingga kami bangun MTs, RA dan MA sesuai kebutuhan masyarakat setempat,” katanya.
Saat ini, keberadaan ponpes ini sudah dinikmati manfaatnya oleh masyarakat sekitar, dan bahkan para santri yang datang dari luar, cukup banyak dan mereka rata rata di karantinakan, atau di mondokkan, layaknya beberapa ponpes lainnya.
“Untuk santri yang mondok, ada sekitar 60 orang,” cetusnya.
Layaknya ponpes lanjut Ustaz. Adum, pihaknya telah mendatangkan para asatiz dari luar sebagai pengajar. Di mana ilmu agama yang dibuka, tidak jauh beda dengan ponpes yang lain, seperti membuka kitab kuning, seperti kitab kitab dasar goyatuttaqrib, Matnul Jurumiah atau Kitab Nahundan syaref dan beberapa kitab kitab dasar lainnya.
“Kajian kitab kita wajibkan seluruh santri, baik yang mondok ataupun yang ada di sekitar ponpes yang tidak kita karantinakan,” ungkapnya.
Kenapa ini dilakukan, sebab yang namanya ponpes yang identik dengan penguasaan ilmu agama, mereka semua harus mampu. Artinya lulusan madrasah harus serba bisa, di jam formal mereka diajarkan ilmu umum, di informal di ajarkan kitab kitab salafi. “Saya rasa apa yang kami lakukan, sama dengan ponpes yang lain, sebab jebolan madrasah, kaya ilmu agama, umum pun demikian,” bebernya.
Bukan hanya sebatas itu saja, di halaman Ponpes pihaknya juga telah membuka majlis taklim yang di khususkan untuk masyarakat atau jama’ah. Di mana pihaknya telah membuatkan jadwal untuk program majlis taklim sekali seminggu.
Selanjutnya, untuk penceramahnya pihaknya datangkan dari luar, baik itu tuan guru dari kalangan NW, NU, Muhajirin, Bodak, Kediri NH, semua diberikan jadwal secara bergiliran. “Kita sudah buatkan jadwal Bergiliran, dengan mendatangkan para tuan guru dari luar, dan alhamdulilah halaman ponpes sellau full, dan untuk kegiatan majlis taklim, kita adakan setiap sore hari Rabu,” terangnya.
Ustaz Adum menambahkan, dengan semakin banyaknya para penuntut ilmu baik dari kalangan pelajar dan masyarakat. Sedangkan disisi lain sarana dan prasarana semakin rapuh di sebabkan sudah di makan usia.
Akhirnya, beberapa bulan lalu memasukkan proposal ke Pemerintah Daerah Lombok Tengah, untuk bisa mendapatkan program Bantuan Sosial (Bansos) berupa rehab.
Dan alhamdulilah apa yang diajukan terjawab, dengan diberikannya bantuan sebesar Rp 100 juta. Di mana pengerjaannya sampai sekarang masih dalam proses. “Alhamdulilah, semua gedung madrasah sudah kita pernak ulang, termasuk halaman tempat majlis taklim juga sudah kita perbaiki,” ulasnya.
Selanjutnya, beberapa gedung ada yang masih dalam proses pengerjaan dan pengerjaan bansos ini berakhir sampai bulan Desember mendatang.
“Di proposal itu, memang anggarannya sampai rehab di tiga ruang kelas, namun alhamdulilah dengan anggaran seadanya tersebut, kami bisa kembangkan ke ruang ruang yang lain, termasuk ke majlis taklim dan rencananya jika anggaran masih ada, kita akan kembangkan ke pondok santri, insyaallah jika allah berkehendak,” Tutupnya. (**)