Trah Marong, Lakukan Pemugaran Makam Leluhur di Kompleks Makam Kuno Montong Ponjon

LOMBOK TENGAH (ntbupdate.com)- Masyarakat Desa Marong Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah (Loteng), khususnya trah Mas Panji Purwajaya atau Hamurwajaya.

Melakukan pemugaran makam kuno yang berlokasi di Dusun Montong Ponjon Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Loteng.

Salah seorang panitia sekaligus Trah Purwajaya dan Hamurwajaya; L. M. Samsul H. Saputra (Pengoh) menceritakan, makam kuno Montong Ponjon yang saat ini berada di wilayah administrasi Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur, merupakan makam para orang orang mulia.

Di kompleks pemakaman kuno ini, dulunya terdapat banyak sekali makam kuno dengan batu nisan yang diukir dan sebagian besar bertulis kalimat syahadatain “lailahailallah waasyhadu anna muhammadurrasulullah.

“Makam ini, terletak dalam satu kompleks dan makam paling besar bertuliskan Tauhid dan Syahadat Rasul,
Induk makam dalam kompleks ada makam Maspanji Purwajaya dan permaisurinya, termasuk keturunan dan beberapa makam yang lain adalah kerabat sekaligus para Singapati, para demung dan lainnya,” terangnya Rabu (15/11).

Maspanji Purwajaya jelasnya, merupakan putra Raja Selaparang sekaligus mubaligh yang menyebarkan agama IsIam pada masanya, yang kemudian mendirikan kedatuan pasca kemunduran selaparang (leluhurnya).

Di mana, makam ini memiliki sejarah panjang, seperti halnya makam makam para datu (raja) dan para mubaligh yang menyebarkan agama IsIam di pulau Lombok.

Makam Montong Ponjon sesuai cerita atau babad dari para pendahulu, merupakan alur tak putus kekerabatan dari Makam Bayan, Makam Selaparang, Makam Beleke, dan Makam montong ponjon sendiri, disamping hubungan sejarah tak terpisahkan dari Makam Songak, Makam Lebe Sane, Makam Embung Beleq (Makam Pengulu Pertama), Makam Datu Langko, Makam Sukaraja, Makam Serewe-pejanggik, makam Bombong sie dan beberapa makam mubaligh lainnya.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap para mubaligh, khususnya yang ada di Montong Ponjon ini, hari ini pihaknya bersama sama, melakukan pemugaran dengan niat, guna mendapatkan keberkahan.

Di samping itu, kegiatan ini bertujuan guna mempererat silaturahmi, sehingga hubungan antar keturunan tetap terjaga dengan baik.
Diceritakan makam yang ada di Montong Ponjon yang merupakan keturunan datu selaparang sekaligus mubaligh penyebar agama islam saat itu, merupakan garis utama keturunan Datu Bayan yg datang dari Bagdad Timur Tengah di abad 13 M.

Kerajaan selaparang sendiri memiliki nama lain yakni “lomboq mirah sasak adi” sebagai mana yang tertulis pada kitab Negarakretagama yang di tulis oleh Mpu Prapanca.
Dalam menjalankan misinya menyebarkan agama IsIam, terkhusus di bumi sasak. Metode dakwah yang dilakukan tidak jauh beda dengan para mubaligh yang lainnya.

Maspanji Purwajaya atau Hamurwajaya, kemudian mendirikan Kedatuan Sasak Purwa mengambil legitimasi atas pewaris selaparang, kedatuan ini awalnya berkedudukan di beleka, menapaki jejak leluhurnya Maspanji Pemuteran Jagat dan Maspanji Peneoqan Sasak, atau Muter ing jagat dan Muter ing bumi di Brenge dan Beleke.

Disebutkan juga beliau menikah dengan putri para datu dan ulama’ kala itu, salah satunya seorang sharifah yang menurunkan para datu dan ulama’ yang ada di Lombok dan makamnya juga menyebar di sejumlah wilayah, khususnya di gumi sasak Lombok.
Selanjutnya, kenapa ada trah di Desa Marong, diceritakan dulu pernikahannya dengan sarifah kalijaga melahirkan 2 putra laki laki dan satu putri, salah satu putranya mendirikan Kedatuan Peremponan atau Sasak Karonan.

Dimana kedatuan ini juga di kenal dengan nama “Ratna Ayu Guna Jaya”. Kedatuan ini berhubungan erat dengan perjalanan sejarah kedatuan langko, kedemungan Bombongsia, Kedemungan Tempit, Kedemungan Pene dan bahkan Kedatuan Pejanggik dan lainnya.

Ia menambahkan, komunitas yang mengisi kedatuan ini dikenal sebagai komunitas marong. Kata Marong sendiri berasal dari kata “be arung arung” atau barungan, yang maknanya: yang datang berkelompok (bersama sama) dengan panji panji kebesaran.

Untuk membuktikan hal itu, salah satu keturunannya tersebut bernama Maspanji Gunajaya atau Raden Setyanata yang memindahkan pusat kedaton dan mengisi awal kawasan yang dinamakan Pengkores sebagai kedaton (pusat pemerintahan) yang ada di Desa Marong.

“Pengkores ini berasal dari kata pan qurais artinya, orang pemberani, dalam menyiarkan agama, versi lain menyebut pengkores bermakna orang qurais, untuk menyebut keturunan orang mulia yang leluhurnya berasal dari baghdad garis qurays” cetusnya.

Selanjutnya trah dari keluarga besar Sengkerang Bagek Rebak, Mujur yang di wakili H.L. Fathurahman, SH, Lalu Awaludin dan H. Muh Amin,S.Sos mengatakan, sekalipun ia tidak berdomisili di Desa Marong, berangkat dari silsilah. Pihaknya sebenarnya keturunan dari Marong, namun tinggal di Sengkerang Bagek Rebak Loteng.
Oleh karenanya, antara Sengkerang Bagek Rebak dengan trah di Marong, adalah satu wangsa atau keturunan. Oleh karenanya, pihaknya berharap dengan adanya pertemuan yang dibingkai dalam pemugaran makam ini, pihaknya sampaikan, apabila ada masalah baik di luar Bagek Rebak dan Desa Marong, mari di selesaikan dengan baik mengedepankan kekeluargaan.

“Secara garis besar, sebenarnya kita adalah satu, terkhusus Sengkerang Bagek Rebak dengan Marong, jadi mari kita saling jaga, jangan sampai berpecah belah, sebab kita lahir satu keluarga,” katanya (nu-01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *